Musik sebagai Terapi

Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun sebelum Masehi, dan ini dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Bahkan di dalam Alkitab pun tercantum bahwa ketika penyakit gilanya Raja Saul kumat, ia bisa dibuat menjadi tenang oleh alunan musiknya Daud (1 Samuel 16:14-23).

Masalahnya telah terbuktikan bahwa manusia itu jauh lebih peka terhadap apa yang ia dengar daripada apa yang ia lihat. Mang Ucup tidak akan ngambek apabila hanya sekedar di pelototin ataupun melihat cemberutnya wajah sang istri, tetapi kebalikannya saya akan emosi, bahkan sewot apabila mendengar sang istri mulai berkicau uring-uringan. Begitu juga kita akan lebih tersentuh mendengar suara tangisan bayi daripada melihat gambar bayi yang sedang menangis.

Berdasarkan penelitian EKG (elektrokardiogram), grafik jatung seseorang tidak akan melompat-lompat apabila ia berada dalam keadaan tenang oleh sebab itulah para medis merasa perlu menenangkan pasiennya yang sedang dilanda ketakutan maupun stress dengan memperdengarkan musik dan ini ternyata berhasil. Orang akan lebih mudah melakukan meditasi apabila ia di bantu dengan alunan musik.

Ilmu Kedokteran mengakui bahwa manusia itu terdiri dari "Tubuh & Jiwa", tubuh atau jasmani yang bisa terlihat nyata, sedangkan yang termasuk dalam jiwa ialah yang tidak nampak, umpamanya sifat, pikiran, tabiat, perasaan. Ketiga hal ini bisa diekspresikan oleh tubuh sebagai luapan emosi yang bersifat sementara, dalam ilmu kejiwaan disebut sebagai "Affek". Sedangkan dari segi spiritual kita mengakui adanya unsur ketiga di dalam manusia itu ialah "Roh", tetapi komponen ini tidak diakui sebagai unsur nyata dalam ilmu pengetahuan modern, walaupun demikian telah terbuktikan secara medis dan spritual, bahwa musik itu dapat mempengaruhi ketiga elemen tersebut diatas ini, dan telah terbuktikan pula bahwa musik itu memiliki keampuhan untuk menyembuhkan.

Cobalah renungkan oleh Anda, semua sistem dalam tubuh manusia itu sesungguhnya dijalankan oleh suatu irama tubuh yang sangat teratur dan mengikuti pola tertentu. Sebagai contoh : Irama denyut jantung dan nadi, aliran nafas, langkah kaki, kedipan mata, cara bicara, bahasa dll semua ini merupakan irama musik alamiah yang diciptakan oleh Allah. Sehingga setiap bunyi-bunyian atau atau irama musik yang didengar oleh telinga jasmani manusia dapat mempengaruhi fungsi anantomi dari tubuh itu sendiri. Sebagai contoh: bunyi bunyian suara alam (bunyi suara angin, hujan, aliran air, ombak, jangkrik dll ) dan lagu - lagu klasik dapat membuat perasaan menjadi lebih tenang.

Bagi seorang ibu yang akan menjalani operasi caesar dengan adanya alunan musik, proses melahirkannya dapat menjadi lebih alami dan dapat mengurangi trauma, sehingga sang ibu dapat lebih ceria dan tenang, bahkan dapat mengurangi rasa nyeri nya mereka.

Terbuktikan bahwa musik mampu meringankan penderitaan pasien dari rasa sakitnya karena saraf untuk mendengarkan musik dan saraf perasa sakit itu sama. Sehingga pada saat pasien menjalani pembedahan rasa sakitnya dapat dialihkan dengan cara mendengarkan musik. Hal inilah yang menyebabkan para Dr Gigi terutama di Eropa maupun di Amerika untuk selalu mengalunkan lagu-lagu lembut diruang prakteknya.

Dr Raymond Bahr, seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian dari Intensive Care Unit ( ICCU), selalu mempergunakan musik didalam ruang perawatan pada Critical Care Unit. Ia telah dapat membuktikan, bahwa pada kasus2 serangan jantung, dimana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensive, satu setengah jam mendengar musik lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 miligram.

Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%. Disamping itu, karena pada saat di operasi kebanyakan dari pasiennya lebih rileks, maka jarang terjadi komplikasi hal ini dapat mempersingkat masa rawat inap mereka.

Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa:

    Saat jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia,maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.
    kebalikannya dengan jenis irama yang dihasilkan oleh jenis musik Rock and Roll , Disco, Metal dan sejenisnya yang memiliki "Anapestic Beat" ( 2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian pause ) yang sering digunakan oleh pemusik diatas merupakan irama yang berlawanan dengan irama denyut jantung manusia.

Oleh sebab itu apabila kedua jenis irama yang anatgonis ini bertemu maka akibatnya seluruh sel sel otot pada tubuh manusia (khusunya sel Jantung ) akan melemah dan lama kelamaan sel-sel otot Jantung ini akan rusak (Nekrosis). Jadi jelas bagi para penggemar lagu Disco maupun Rock & Roll akan lebih cepat mati, karena serangan penyakit jantung

Dan juga telah terbuktikan apabila kita mendengarkan musik lembut secara teratur, ini dapat menurunkan tekanan darah, merangsang peningkanan hormon Endorhins ( Natural Pain relieves ) dan S-IgA (Immunoglobulin kelenjar ludah tipe A, zat kekebalan tubuh yang berfungsi untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan denyut nadi jantung manusia).

Jadi bagi mereka yang punya penyakit darah tinggi atau penyakit jantung, dianjurkan sebaiknya sering-seringlah mendengar musik lembut dan juga berdoa, daripada mahal-mahal buang uang untuk bayar rumah sakit maupun dokter.


Sumber : http://artikel.sabda.org/musik_sebagai_terapi