Mengenang Almarhum Ivan Scumbag

Ivan Scumbag
Ivan Scumbag, adalah pionir generasi pendobrak Ujungberung Rebels, komunitas musik metal terbesar di Indonesia. Lahir tanggal 19 April 1978, Ivan kecil menunjukkan bakat seni yang besar. Beranjak remaja ia memainkan musik metal dan sejak mendirikan Burgerkill tahun 1995, ia bagai tak terbendung. Bersama Burgerkill, ia merilis “Dua Sisi” (2000), “Berkarat” (2004), dan “Beyond Coma and Despair” (2006). Persentuhan Ivan dengan penulisan buku dimulai Maret 2005, ketika ia menggarap ilustrasi buku Tiga Angka Enam. Saat itu ia mengungkapkan ingin menulis buku sejarah Burgerkill. Ia meminta saya membantunya dan tentu saya sanggupi. Ivan mulai merancang isi buku yang akan ia tulis.

Namun, belum usai Ivan merampungkan rancangannya, 27 Juli 2006 ia keburu dipanggil oleh-Nya. Saya terpukul. Saya merasa ada satu hal di antara kami yang belum usai. Maka, di detik-detik terakhir hidupnya, saya membisikkan sebuah janji, ”Van, ku aing béréskeun kahayang manéh! Ku aing tuliskeun biografi si BK Van! Manéh lalakonna!”

Menuliskan Ivan adalah mengisahkan sejarah ranah musik bawahtanah Indonesia sejak 1990an, sekaligus kisah keseharian masyarakat pinggiran Ujungberung dan kota-kota lain yang bersentuhan dengannya serta Burgerkill. Ini seperti mengumpulkan potongan puzzle yang berserak di sepanjang jalan yang pernah ia singgahi. Sosok Ivan tak akan utuh tanpa gambar latar di belakangnya.

Untunglah Ivan meninggalkan banyak jejak. Beberapa hari setelah Ivan meninggal, saya menerima setumpuk buku dan berkas milik Ivan. Semua berisi gambar tangan Ivan, artwork, lirik, puisi, curhat, atau sekedar coretan saja. Saya juga menyalin 12Gb data lunak milik Ivan dan mendigitalisasi dokumen medik dan akademik, catatan administratif, dan pernak-pernik koleksinya. Selain milik pribadi, jejak-jejak Ivan saya dapatkan dari Merry kekasihnya, Erick adiknya, Eben Burgerkill. Saya juga menelaah dokumetasi televisi, internet, dan media cetak.

Perlu tiga bulan mengumpulkan keberanian menuliskan Ivan, mempelajari, menentukan alur, dan kerangka penulisan sejarahnya. Saya membagi kisah hidupnya ke dalam tujuh bab dan mengantongi 92 nara sumber yang harus diwawancara. Januari 2007 saya mulai menulis. Bukan hal mudah menyelami gejolak jiwa Ivan. Saya sering terbawa emosional dalam menuliskannya. Yang tersulit adalah menuliskan bagian akhir, mengisahkan sakitnya Ivan hingga meninggal. Saya kesulitan berempati merasakan hasratnya yang begitu menggebu versus kondisi fisik yang semakin ringkih. Saya juga tak bisa mengetahui rasanya sebuah kematian.

***

11 November 2007 buku Myself Scumbag Beyond Life and Death terbit. Ini adalah buku biografi musisi metal pertama sekaligus kronik awal penulisan sejarah musik metal di Indonesia. Saya persembahkan buku ini disertai penggalan kalimat Omar Khayyam dalam Samarkand, “Bangkitlah! Untuk tidur terentang keabadian di depan kita!” Buku Scumbag menghajar jalanan dengan lima kampanye : kesetaraan, kesehatan, kolaborasi, dinamika komunitas, serta pendokumentasian hidup.

Buku Scumbag sempat disadur ke dalam naskah film semi dokumenter oleh Hikmatullah dan dikembangkan ke dalam dua buku lanjutannya, yaitu “Ujungberung Rebels” dan “Bawahtanah Bandung 1990 – 2015”. Buku sejarah “Ujungberung Rebels” terdiri dari tiga seri yaitu “Memoar Melawan Lupa”, “Jurnal Karat”, dan “Ujungberung Rebels, Panceg Dina Galur”. Sementara itu, “Bawahtanah Bandung 1990-2015”terdiri dari sepuluh seri mencakup sejarah seluruh ranah musik independen Bandung hingga fenomena maraknya kelahiran hasrat musik baru yang mengeksplorasi kesenian tradisional. Buku-buku ini akan terbit secara gerilya antara 2012 hingga 2015. Buku Scumbag sendiri kini sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipersiapkan juga dalam bahasa Prancis. Ini harus dilakukan seiring semakin luasnya pengaruh Burgerkill—band warisan Ivan—di ranah musik metal internasional.

19 April 2012, jika masih hidup Ivan akan berusia 34 tahun dan tentu kiprahnya akan menambah dobrakan-dobrakan baru di ranah musik Indonesia. Bahkan ketika ia sudah tak ada pun karya terus berbicara mengenai bagaimana hasrat berhasil membangun dinamika yang terus beregenerasi tanpa henti, melintas ruang dan waktu, hingga hari ini.

So who said there will be quiet after the storms?

@kimun666

Source