Perpaduan Karinding Dengan Musik Jazz

Ada yang berbeda pada penampilan Harry Toledo Turbulance saat tampil di depan ratusan penonton Bekasi Jazz Festival 2010, Hotel Horison Bekasi, Sabtu, (8/5). Disela hentakan musik yang dibawakannya, ada bunyi-bunyi ritmis bernuansa etnik sunda.

Dipenghujung pertunjukannya, Herry Toledo memperkenalkannya sebagai alat musik Karinding. Dua orang pemainnya, secara khusus memperdengarkan suara karinding, penuh ekstotisme etnik, yang membuat bulu kuduk merinding.  Dua pemain karinding ini sengaja dibawa dari Bandung, untuk mengayakan pertunjukan malam itu.

Karinding mungkin terdengar sangat asing di telinga pencinta musik, khususnya anak muda di Kota Bekasi. Padahal, karinding merupakan alat musuk tradisional sunda, yang sudah ada sejak dulu. Karinding memang tidak terpublikasi, namanya hampir tenggelam dalam khazanah kesenian sunda. Popularitasnya tertinggal jauh dibanding dengan angklung.

Karinding adalah sebuah jenis alat musik yang umumya terbuat dari bambu. Sebab ada juga yang terbuat dari pelepah aren, enau, kaung juga logam. Bentuknya kecil seukuran harmonika, panjangnya sekitar 10 cm dan lebar 2 cm. Bedanya, bentuk karinding pipih.

Cara memainkan karinding yang termasuk jenis alat musik tiup ini kelihatannya mudah. Namun, saat dipraktekkan ternyata sulit. Caranya adalah dengan menempelkan salah satu ujungnya dimulut, kemudian ditiup dan mengatur ritmenya dengan jari tangan disalah satu ujungnya. Ada juga yang menggunakan tali. Tiupan udara, getaran, dan hentakan tangan atau tali menciptakan suara yang khas. “Tweeew…tweew…” begitulah kira-kira bunyinya.

Dulu karinding kerap dimainkan oleh para laki-laki untuk memikat lawan jenisnya. Jika pertunjukan, karinding dimainkan oleh beberapa orang dengan nada yang berbeda-beda. Seperti halnya juga alat musik lainnya, memainkan karinding perlu keharmonisan antar pemain untuk bisa menciptakan perpaduan musik yang selaras. Tidak hanya sekedar nada, karinding sebenarnya juga memiliki syair yang biasa dinyanyikan untuk mengiringi karinding. Syair-syair karinding bermuatan petuah  dan kebijaksanaan.

Sejarah karinding sangat panjang. Beberapa kalangan bahkan menyebutnya sebagai alat musik purba. Dulu, karinding ditampilkan dalam upacara-upacara adat. Wajar, jika keberadaannya kerap dikaitkan dengan nuansa sakral dalam tradisi Sunda.

Para pemain karinding mengenal dua jenis karinding. Pertama adalah karinding lanang (jantan) dan karinding wadon (betina). Perbedaannya terletak pada bunyi yang dihasilkannya. Karinding lanang memiliki bunyi yang lebih tinggi, sedangkan karinding wadon sebaliknya. Dalam pertunjukan, kedua jenis karinding ini akan dimainkan bergantian mengikuti irama alat musik yang lain. Belakangan, karinding sudah mulai dipadukan dengan alat musik modern. Sehingga bunyi karingding akan terdengar sangat ajaib  dan unik.

Sayang, keberadaan karinding saat ini sudah nyaris punah. Beruntung masih ada seniman-seniman yang giat melestarikan warisan leluhur ini. Seperti misalnya karinding attack di Bandung. Juga yang dilakukan oleh Herry Toledo dalam Bekasi Jazz Festival 2010, yang mengabungkannya dengan musik jazz.

Bertemunya alat musik dan aliran kontemporer dengan alat musik purba. Alhasil, bunyi yang dihasilkan sangat fantastis.

Sumber