Sejarah Royal Ego Band

royal ego
Royal Ego Band
Di tengah ingar bingarnya musik bergenre pop melayu yang membanjiri pasar musik Indonesia saat ini, ternyata tidak mengurungkan niat kuartet rocker baru bernama Royal Ego untuk membusungkan dada membawakan konsep musik yang mereka sebut perpaduan alternatif dengan British Pop Rock.

Pendukung band ini bukan orang baru. Mereka adalah Ernest Syarif yang sebelumnya lebih dikenal sebagai gitaris band Cokelat, lalu ada Eno Gitara (dramer Netral), Gilbert Joshua (pemain bas Saint Loco) serta Hendra ‘Jawa” Bagya, vokalis band indie New Market yang dikenal sangat berkarakter Brit Pop. Apakah mereka cabut dari band masing-masing? Tidak. Royal Ego, tepatnya, hanya merupakan “kendaraan baru” untuk meyalurkan kreativitas mereka. Bukan berarti band lamanya tidak berfungsi lagi. Disini mereka hanya ingin merasakan kemewahan lain.

Royal Ego bermula dari obrolan lama Ernest dan Eno di tahun 2002, saat Eno membantu Cokelat dalam sebuah tur selama sebulan. “Dari situ saya dan Eno berniat untuk membuat side project,” tukas Ernest. Namun karena kesibukan masing-masing, Eno dan Ernest baru “ketemu” lagi tiga tahun kemudian. Ide lama itu lantas langsung dimatangkan dengan tambahan Gilbert dan Hendra. Setelah perjalanan panjang, akhirnya pada 2009 lalu, Royal Ego resmi melakukan proses rekaman selama sebulan dengan materi yang telah dibuat selama kurun waktu 2006-2009. Sebelumnya, Royal Ego sudah beberapa kali menjajal panggung di beberapa pentas kampus di Jakarta. Tentang konsep musiknya sendiri, Ernest menyebutnya sebagai paduan dari latar belakang musikal para personelnya. Ernest, Eno dan Gilbert cenderung ke pola sound rock ala Amerika, sementara warna vokal Hendra sangat kental dengan aksen British Pop.